Jumat, 29 Mei 2015

Potensi maritim indonesia di Bidang Farmasi___Fitman_dkk



MAKALAH
WAWASAN KEMARITIMAN
“Potensi Kemaritiman di Bidang Farmasi”
 







Oleh :
Kelompok 9 :
Fitman                            : D1B1 12 067
Adrianto                         : D1B1 12 057
Ayu Ardiah Pratiwi       : D1B1 12 060
Candra Tri Puspita Sari  : D1B1 12 074
Asti Findayani               : D1B1 12 069
Wa Ode Erna                 : D1B1 12 064
Demiarti                         : D1B1 12 061
Shafaruddin                   : D1B1 12 073
Firmansyah Labir           : D1B1 12 076
Aspin                              : D1B1 12 066





PROGRAMSTUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2015




KATA PENGANTAR

 


Assalamualaikum wr.wb
     Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufiq dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Potensi Kemaritiman di Bidang Farmasi”, tepat pada waktunya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini terselesaikan berkat bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak, utamanya Dosen mata kuliah yang telah memberikan materi kepada kami dan membantu berbagi ilmunya kepada para Mahasiswa serta teman-teman kelompok yang telah membantu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa isi dan kualitas makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik sangat diharapkan guna kesempurnaannya. Semoga Allah SWT, senantiasa menganugrahkan taufiq dan rahmat-Nya kepada setiap hambahnya. Amin ya Roabbal alamin.
Wassalamualaikum wr.wb.

             Kendari,   April 2015



                                                                                                       Kelompok 9






BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Negara kita dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau yang sangat banyak yaitu 17.508 pulau dan dengan garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada yaitu 81. 209 kliometer. Sekitar 60% wilayah kedaulatan Indonesia merupakan laut. Oleh karenanya negara kita memiliki keanekaragaman hayati yang berlimpah. Keanekaragaman biota laut tersebut sangat bervariasi dan tidak dimiliki oleh negara -negara lain, sehingga disebut pula negara yang memiliki keanekaragaman tertinggi di dunia atau “Mega Diversity in the World.”
            Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah laut yang sangat luas yaitu 5,8 juta km2 yang merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut tersebut terdapat sekitar 17.508 pulau dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada. Fakta fisik inilah yang membuat Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan (Archipelagic state) dan maritim terbesar di dunia. Karakteristik geografis Indonesia serta struktur dan tipologi ekosistemnya yang didominasi oleh lautan telah menjadikan Indonesia sebagai Mega-Biodiversity terbesar di dunia. Indonesia memiliki kekayaan laut yang sangat besar dan beraneka ragam, baik berupa sumberdaya alam dapat pulih (seperti perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, rumput laut dan produk bioteknologi) maupun sumberdaya alam tidak dapat pulih (seperti minyak dan gas bumi, emas, perak, timah, bijih besi, bauksit dan mineral lainnya). 
Ada banyak biota laut terutama hewan laut yang bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk kebutuhan hidup manusia terutama digunakan sebagai bahan makanan, obat-obatan, kosmetik dan bahan lain yang jika dipergunakan secara bijaksana akan memberikan kesejahteraan bagi umat manusia. Penelitian terhadap beberapa biota laut ini sudah dilakukan untuk menemukan sumber obat-obatan baru, sehingga tidak hanya menggunakan sumber bahan alam daratan saja, tapi juga sumber yang ada di lautan pun bisa dimanfaatkan secara maksimal, mengingat negara kita, Indonesia memiliki lebih banyak wilayah lautan daripada daratan.
B. Rumusan Masalah
            Dari latar belakang dapat di ambil rumusan permaslahan yaitu:
1). Bagaimana potensi pemanfaatan biota laut sebagai sumber obat/farmasi ?
2). Jenis-jenis biota laut apa saja yang dapat dimanfaatkan menjadi obat-obatan ?
           




BAB II
PEMBAHASAN
1.        Potensi Pemanfaatan Biota Laut Sebagai Sumber Obat/Farmasi

            Biota laut merupakan suatu kekayaan alam dan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tak ternilai harganya. Telah banyak usaha dilakukan oleh peneliti-peneliti untuk menemukan sesuatu yang baru dari biota-biota laut. Awal dari penelitian yang tak kenal lelah ini yakni ketika ditemukannya senyawa bioaktif baru dari biota laut dan tidak pernah ditemukan dari biota darat (novel compounds).
            Sejak dahulu, memang nenek moyang kita telah banyak memanfaatkan jenis tumbuhan sebagai bahan baku obat-obatan, walaupun senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya tidak diketahui secara pasti. Sekarang, seiring dengan berkembangnya zaman, manusia terus menerus melakukan penelitian untuk mengungkap apa-apa saja yang terkandung dari jenis tumbuhan-tumbuhan tersebut termasuk juga tumbuhan-tumbuhan maupun hewan-hewan di laut. Selain dengan berkembangnya zaman, manusia juga didorong untuk melakukan penelitian-penelitian tentang obat-obatan mengingat bahwa semakin banyaknya jenis-jenis penyakit yang bermunculan pada saat ini dan mengakibatkan bertambahnya permintaan akan obat-obatan baru.
            Peneliti-peneliti mulai menujukan perhatian pada penemuan obat-obatan dari laut sejak tahun 1970-an. Sebagai gambarannya, lebih dari 10.000 senyawa bioaktif telah berhasil diisolasi dari bioata laut dan sekitar 300 paten dari senyawa tersebut telah berhasil dipublikasikan dalam kurun waktu 30 tahun (1969-1999) (PROKSCH et al. Dalam Yan,2004). Penemuan senyawa – senyawa bioaktif baru dari laut ini sangat memiliki potensi sebagai bahan baku obat dan memberikan harapan baru untuk penanganan berbagai jenis penyakit yang belum ditemukan obatnya.
1. Senyawa-senyawa untuk penyakit kanker.
            LAF389 asam amino yang diisolasi dari spons Jaspis cf.coriacea Bryostatin-1 yakni asam amino yang diisolasi dari spons Bugula neritina. Dolastatin-10 yakni peptida yang diisolasi dari moluska Dolabella auricularia. Discodermolide yakni poliketida yang diisolasi dari spons Discoderma sp. Squalamine lactate yakni aminosteroid yang diisolasi dari ikan hiu Squalus acanthias. Dll(YAN,2004).
2. Senyawa-senyawa untuk penyakit kronis.
            Penyakit kronis merupakan masalah medis yang sering dialami oleh pasien. Dengan penemuan senyawa-senyawa bioaktif dari biota laut yang sedang tahap uji klinis, misalnya ziconotide dan AM336 (senyawa peptida yang diisolasi dari molusca) (Yan, 2004) , maka ada harapan untuk penanganan penyakit kronis yang sering terjadi pada pasien yang bersumber dari biota laut.
3. Senyawa-senyawa untuk tuberkolosis.
            Beberapa senyawa utama yang digunakan untuk penanganan tuberkolosis diantaranya (+)-8-hydroxymanzamine A yang pertama kali diisolasi dari spons Pachypelina sp. Yang telah diuji dan sangat manjur untuk mengatasi Mycrobacterium tubercolosis.
            Senyawa-senyawa bioaktif diatas merupakan sedikit contoh bahwa dari biota laut dapat ditemukan berbagai senyawa aktif yang dapat dipergunakan untuk obat-obatan. Dan seperti yang ditulis sebelumnya bahwa, lebih dari 10.000 senyawa aktif yang diperoleh dari biota laut merupakan jumlah yang masih sedikit dengan mengingat Indonesia adalah negara yang 1/3 wilayahnya adalah laut. Bisa kita bayangkan bagaimana keanekaragaman biota-biota laut kita dengan luas laut sekitar 5,8 juta Km². Oleh karena itu kita pelajar-pelajar Indonesia, mari kita memulai semangat bahari untuk mengungkap kekayaan alam kita yang bersumber dari laut , karena kekayaan laut kita ini sangat memiliki potensi sebagai sumber bahan baku obat untuk masa depan. Usaha keras para peneliti sekarang yang tak kenal lelah telah juga telah berhasil menemukan berbagai jenis senyawa baru yang menunjukkan aktivitas biologik, terutama terhadap penyakit-penyakit yang mengerikan dan belum ditemukan obatnya. Kedepan akan tiba giliran kita sebagai penerus mereka untuk menemukan berbagai senyawa baru untuk kepentingan bersama dan masa mendatang.

2. Jenis-Jenis Biota Laut Yang Dapat Dimanfaatkan Menjadi Obat-Obatan.
A. Rumput Laut
            Kandungan nutrisi dalam rumput laut merupakan dasar pemanfaatan rumput laut di bidang kesehatan. Nutrisi yang terkandung dalam rumput laut antara lain:
1.     Polisakarida dan Serat
            Rumput laut mengandung sejumlah besar polisakarida. Polisakarida tersebut antara lain alginat dari rumput laut coklat, karagenan dan agar dari rumput laut merah dan beberapa polisakarida minor lainnya yang ditemukan pada rumput laut hijau (Anggadiredja et al, 2002). Kebanyakan dari polisakarida tersebut bila bertemu dengan bakteri di dalam usus manusia, tidak dicerna oleh manusia, sehingga dapat berfungsi sebagai serat. Kandungan serat rumput laut dapat mencapai 30-40% berat kering dengan persentase lebih besar pada serat larut air. Kandungan serat larut air rumput laut jauh lebih tinggi dibanding dengan tumbuhan daratan yang hanya mencapai sekitar 15% berat kering (Burtin, 2003).
            Kandungan polisakarida yang terdapat di dalam rumput laut berperan dalam menurunkan kadar lipid di dalam darah dan tingkat kolesterol serta memperlancar  sistem  pencernaan  makanan.  Komponen  polisakarida  dan serat juga mengatur asupan gula di dalam tubuh, sehingga mampu mengendalikan tubuh dari penyakit diabetes. Beberapa polisakarida rumput laut  seperti  fukoidan  juga  menunjukkan  beberapa  aktivitas  biologis  lain yang sangat penting bagi dunia kesehatan. Aktivitas tersebut seperti antitrombotik, antikoagulan, antikanker, antiproliferatif (antipembelahan sel secara  tak   terkendali),   antivirus,   dan   anti flamatori   (anti peradangan) (Burtin, 2003; Shiratori et al, 2005).
2. Mineral
            Kandungan mineral rumput laut tidak tertandingi oleh sayuran yang berasal dari darat. Fraksi mineral dari beberapa rumput laut mencapai lebih dari 36% berat kering. Dua mineral utama yang terkandung pada sebagian besar rumput laut adalah iodin dan kalsium (Fitton, 2005). Laminaria sp., rumput   laut   jenis   coklat   merupakan   sumber   utama   iodin   karena kandungannya  mampu  mencapai  1500  sampai  8000  ppm  berat  kering. Rumput   laut   juga   merupakan   sumber   kalsium   yang   sangat   penting. Kandungan kalsium dalam rumput laut dapat mencapai 7% dari berat kering dan 25-34% dari rumput laut yang mengandung kapur (Ramazanov, 2006).
            Kandungan mineral seperti yang telah disebutkan di atas memberikan efek yang sangat baik bagi kesehatan. Iodin misalnya, secara tradisional telah digunakan untuk mengobati penyakit gondok. Iodin mampu mengendalikan hormon  tiroid, yaitu  hormon  yang  berperan  dalam  pembentukan  gondok. Mereka yang telah membiasakan diri mengkonsumsi rumput laut terbukti terhindar dari penyakit gondok karena kandungan iodin yang tinggi di dalam rumput laut. Kandungan mineral lain yang juga tak kalah penting adalah kalsium. Konsumsi rumput laut sangat berguna bagi ibu yang sedang hamil, para remaja, dan orang lanjut usia yang kemungkinan dapat terkena risiko kekurangan (defisiensi) kalsium (Fitton, 2005).
3. Protein
            Kandungan protein rumput laut coklat secara umum lebih kecil dibanding  rumput  laut  hijau  dan  merah.  Pada  rumput  laut  jenis  coklat, protein yang terkandung di dalamnya berkisar 5-15% dari berat kering, sedangkan pada rumput laut hijau dan merah berkisar 10-30% dari berat kering. Beberapa rumput laut merah, seperti Palmaria palmate (dulse) dan Porphyra tenera (nori), kandungan protein mampu mencapai 35-47% dari berat kering (Mohd Hani Norziah et al, 2000). Kadar ini lebih besar bila dibandingkan dengan kandungan protein yang ada di sayuran yang kaya protein seperti kacang kedelai yang mempunyai kandungan protein sekitar 35% berat kering (Almatsier, 2005).
4. Lipid dan asam lemak
            Lipid dan asam lemak merupakan nutrisi rumput laut dalam jumlah yang kecil. Kandungan lipid hanya berkisar 1-5% dari berat kering dan komposisi asam lemak omega 3 dan omega 6 (Burtin, 2003). Asam lemak omega 3 dan 6 berperan penting dalam mencegah berbagai penyakit seperti penyempitan pembuluh darah, penyakit tulang, dan diabetes (Almatsier, 2005). Asam alfa linoleat (omega 3)banyak terkandung dalam rumput laut hijau, sedangkan rumput laut merah dan coklat banyak mengandung asam lemak dengan 20 atom  karbon  seperti  asam  eikosapentanoat  dan  asam  arakidonat  (Burtin, 2005). Kedua asam lemak tersebut berperan dalam mencegah inflamatori (peradangan) dan penyempitan pembuluh darah. Hasil penelitian membuktikan bahwa ekstrak lipid beberapa rumput laut memiliki aktivitas antioksidan  dan  efek  sinergisme  terhadap  tokoferol  (senyawa  antioksidan yang sudah banyak digunakan) (Anggadiredja et al., 1997; Shanab, 2007).
5. Vitamin
            Rumput laut dapat dijadikan salah satu sumber Vitamin B, yaitu vitamin B12 yang secara khusus bermanfaat untuk pengobatan atau penundaan efek penuaan (antiaging), Chronic Fatique Syndrome (CFS), dan anemia (Almatsier, 2005). Selain vitamin B, rumput laut juga menyediakan sumber vitamin  C  yang  sangat  bermanfaat  untuk  memperkuat  sistem  kekebalan tubuh, meningkatkan aktivitas penyerapan usus terhadap zat besi, pengendalian pembentukan jaringan dan matriks tulang, dan juga berperan sebagai antioksidan dalam penangkapan radikal bebas dan regenerasi vitamin E (Soo-Jin Heo et al, 2005). Kadar vitamin C dapat mencapai 500-3000 mg/kg berat kering dari rumput laut hijau dan coklat, 100-800 mg/kg pada rumput laut merah. Vitamin E yang berperan sebagai antioksidan juga terkandung dalam rumput laut. Vitamin E mampu menghambat oksidasi Low Density  Lipoprotein  (LDL)  atau  kolesterol  buruk  yang  dapat  memicu penyakit jantung koroner (Ramazanov, 2005). Ketersediaan vitamin E di dalam rumput laut coklat lebih tinggi dibanding rumput laut hijau dan merah. Hal ini dikarenakan rumput laut coklat mengandung α, β, dan γ-tokoferol, sedangkan rumput laut hijau dan merah hanya mengandung α- tokoferol (Fitton, 2005). Di antara rumput laut coklat, kadar paling tinggi yang telah diteliti adalah pada Fucuceae, Ascophyllum dan Fucus sp yang mengandung sekitar 200-600 mg tokoferol/kg berat kering (Ramazanov, 2006).
6. Polifenol
            Polifenol rumput laut dikenal sebagai florotanin, memiliki sifat yang khas dibandingkan dengan polifenol yang ada dalam tumbuhan darat. Polifenol dari tumbuhan darat berasal dari asam galat, sedangkan polifenol rumput laut berasal dari floroglusinol (1,3,5-trihydroxybenzine). Kandungan tertinggi florotanin ditemukan dalam rumput laut coklat, yaitu mencapai 5- 15% dari berat keringnya (Fitton, 2005).
            Polifenol dalam rumput laut memiliki aktivitas antioksidan, sehingga mampu mencegah berbagai penyakit degeneratif maupun penyakit karena tekanan oksidatif, di antaranya kanker, penuaan, dan penyempitan pembuluh darah. Aktivitas antioksidan polifenol dari ekstrak rumput laut tersebut telah banyak dibuktikan melalui uji in vitro sehingga tentunya kemampuan antioksidannya sudah tidak diragukan lagi (Soo-Jin Heo et al, 2005; Shanab, 2007). Selain itu, polifenol juga terbukti memiliki aktivitas antibakteri, sehingga dapat dijadikan alternatif bahan antibiotik. Salah satunya terbukti bahwa rumput laut mampu melawan bakteri Helicobacter pylori, penyebab penyakit kulit (John dan Ashok, 1986; Fitton, 2005).

B. Gamat Teripang
            Gamat merupakan hewan yang hidup di dasar laut, biasa dikenal sebagai Teripang , Sea cucumber atau  hoi  som.  Terdapat  kurang lebih  1000  species  gamat,  namun  yang dapat dijadikan bahan makanan tidak lebih dari 40 species saja.  Satu diantara Gamat yang dapat kita konsumsi dan memiliki nilai pengobatan tradisonal yang istimewa adalah gamat species Stichopus hermanii (gamat Emas)
Gamat emas mengandung banyak zat gizi seperti protein, mineral, omega 3 dan Bio Active Element. Dalam sejarah tradisional China Gamat telah digunakan sejak lebih dari 1000 tahun yang lalu untuk membantu mengatasi keluhan seperti menyembuhkan luka, meredakan rasa sakit di persendian, memperlancar sirkulasi darah dan secara umum dikonsumsi sebagai hidangan spesial untuk menjaga kesehatan karena dinilai sebagai ginseng laut. Demikian pula oleh masyarakat Malaysia di Pulau Langkawi, sejak ratusan tahun lalu telah  menggunakan  Gamat  untuk  pengobatan  seperti  radang  sendi,  astma,  luka  bakar, penyakit kulit dan sebagai minyak urut. Kini khasiat Gamat semakin luas dimana dapat membantu mengatasi masalah paru-paru, hipertensi, diabetes, dan juga bagi ibu bersalin yang mengalami  pembedahan  (caesar).  Kandungan  Gamat  diantaranya  yaitu  Protein  86,8  %,  kolagen 80 %, Mucopolysacarida, Condroitin Sulfat dan Glukosamin, Omega 3, Mineral, dan Bio Active Element.

C. Bulu babi (sea urchin)
            Biota laut lain yang juga memiliki manfaat besar untuk kesehatan adalah bulu babi (sea urchin), namun biota tersebut belum banyak dikenal dan dimanfaatkan untuk kesehatan, jika dibandingkan teripang. Bulu babi memiliki manfaat besar untuk kesehatan karena kaya nilai gizi untuk meningkatkan kesuburan, terutama untuk meningkatkan kadar testosteron dalam darah dan meningkatkan vitalitas wanita. Penelitian yang dilakukan terhadap bulu babi menemukan kandungan hormon testosteron dengan 28 macam asam amino, vitamin A, vitamin B kompleks, dan berbagai mineral seperti zat besi, seng, selenium. Penelitian tersebut dilakukan terhadap bulu babi jenis `diadema setosum` dan ternyata menemukan kandungan hormon testosteron yang tinggi, sehingga sangat berpotensi untuk membantu proses reproduksi.

D. Bintang Laut Berduri
            Penyakit asma selama ini diketahui belum ada obat yang bisa menyembuhkannya, begitu pula dengan radang sendi atau arthritis. Tapi studi terbaru dari ilmuwan kelautan menunjukkan bahwa bintang laut bisa menjadi obat untuk penderita asma dan radang sendi. Sebuah tim peneliti dari Scottish Association for Marine Science telah mempelajari substansi atau bahan berlendir yang melapisi tubuh bintang laut berduri. Peneliti menemukan bahwa bahan licin pada bintang laut lebih baik dari Teflon untuk menghentikan puing-puing menempel pada tubuh bintang laut, sehingga bisa menjaga kebersihannya. Dan peneliti percaya bahwa bahan tidak lengket ini dapat dijadikan senjata baru yang penting untuk mengobati penyakit inflamasi atau peradangan seperti asma dan radang sendi. Penyakit peradangan seperti asma dan radang sendi merupakan kondisi yang terjadi ketika respon alami tubuh terhadap infeksi dipercepat diluar kendali. Hal ini membuat sel darah putih (leukosit) yang bertugas memerangi infeksi mulai menumpuk di pembuluh darah dan menempel pada sisi-sisinya, sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan.Lendir bintang  laut dapat digunakan untuk melapisi pembuluh darah yang akan membiarkan sel darah putih mengalir dengan mudah. Sel-sel darah putih harus tetap mengalir pada pembuluh darah. Jadi tim peneliti mulai mempelajari bagaimana lendir bintang laut dapat mengatasi hal ini dan mencegah terjadinya peradangan pada tubuh manusia.

E. Keong Laut ( Conidae)
            Para peneliti melaporkan, berhasil mengembangkan obat pembunuh rasa sakit, yang jauh  lebih  kuat  dari  Morphin,  tapi  hampir  tanpa  dampak  sampingan  kecanduan.  Unsur aktifnya berasal dari racun sejenis keong laut keluarga Conidae. Sejak lama diamati, keong laut ini walaupun bergerak lebih lamban dari ikan mangsanya, selalu berhasil melumpuhkan mangsa yang bergerak lebih cepat. Rahasianya terletak pada moncongnya yang mampu menembakkan jarum beracun.  Mangsanya  akan  lumpuh atau  mati akibat  racun tersebut. Selain mangsanya, juga manusia kini semakin sering diserang oleh keong laut. Penyebabnya, wisata kelautan kini semakin meningkat. Dengan akibat, semakin banyak manusia memasuki wilayah  perburuan  keong  laut.  Jika  merasa  terganggu,  secara  insting  keong  laut  akan membela  diri  dengan  menembakan  jarum  beracunnya.  Memang  pada  manusia  sengatan keong laut ini amat jarang menimbulkan kematian. Gejala umum yang muncul akibat racung ekong laut Conidae, antara lain, rasa terbakar hebat, pusing-pusing, merasa lumpuh atau tidak lagi dapat menggerakan anggota badan sampai yang paling fatal tentu saja kematian.





BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman biota laut Indonesia sangat bervariasi dan tidak dimiliki oleh negara -negara lain, beberapa biota laut ini sudah dilakukan untuk menemukan sumber obat-obatan baru seperti : kandungan nutrisi dalam rumput laut merupakan dasar pemanfaatan rumput laut di bidang kesehatan dimana mengandung Polisakarida dan Serat, mineral, protein, Lipid dan asam lemak, vitamin dan Polifenol. Sedangkan pada gamat teripang diantaranya  yaitu  Protein  86,8  %,  kolagen 80 %, Mucopolysacarida, Condroitin Sulfat dan Glukosamin, Omega 3, Mineral, dan Bio Active Element. Bulu Babi memiliki kandungan hormon testosteron dengan 28 macam asam amino, vitamin A, vitamin B kompleks, dan berbagai mineral seperti zat besi, seng, selenium. Bintang laut bisa menjadi obat untuk penderita asma dan radang sendi dimana kandungannya yaitu substansi atau bahan berlendir yang melapisi tubuh bintang laut berduri. Keong laut dapat menjadi obat pembunuh rasa sakit, yang jauh  lebih  kuat  dari  Morphin,  tapi  hampir  tanpa  dampak  sampingan  kecanduan, kandungan aktifnya berasal dari racun sejenis keong laut keluarga Conidae.
B. Saran
            Saran yang dapat kami berikan yaitu masyarakat Indonesia harus dapat menyadari bahwa potensi-potensi kemaritiman yang ada di Indonesia, terutama kemaritiman kelautan memiliki potensi yang sangat bagus dan bermanfaat untuk kebutuhan negara kita sendiri serta kita harus menjaga kelestarian/kebudayaan kemaritiman kita dari Negara-negara asing yang menginginkan kekayaan lautan Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, J. T., A. Zatnika, H. Purwoto dan S. Istini. 2006. Rumput Laut.      Cetakan I. Jakarta. Penerbit Swadaya.
Almatsier, Sunita. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,    Jakarta.
Ainstein, I. 2011. Biota laut sebagai sumber obat.     https://irfanainsteinsilalahi.wordpress.com/2011/12/03/biota-laut-sebagai-    sumber-obat/. Di akses pada tanggal 25 April 2015.
Budiman, I. 2011. Biota Laut Yang Dapat Dijadikan Sebagai Obat Obatan.           Jatinangor. Universitas Padjajaran.
Burtin,  Patricia.  2003.  Nutritional  Value  of  Seaweeds.  Electron.  J. Environ.    Agric. Food     Chem. 2(4): 498-503.
Fitton, Helen. 2005. Marine Algae and Health: A Review of The Scientific and     Historical         Literature.
John A. Findlay and Ashok D. Patil . 1986. Antibacterial constituents of the red alga        cystoclonium purpureum. Phytochemistry 25 (2): 548- 550.
Nining. 2010. Optimalisasi pemanfaatan potensi laut pada bidang kefarmasian dalam         peningkatan pembangunan Indonesia. http://nining-          okeh.blogspot.com/2010/10/optimalisasi-pemanfaatan-potensi-laut.html. Di akses pada tanggal 25 April 2015.
Soo-Jin Heo, Pyo-Jam Park, Eun-Ju Park, Se-Kwon Kim, dan You-Jin Jeon. 2005.             Antioxidant     activity  of  enzymatic  extracts  from  a  brown seaweed             Ecklonia cava by electron spin  resonance spectrometry and comet assay. Eur Food Res Technol 221:41–47.